Menyimak dan Membaca kembali Naskah Drama
Makalah
Diajukan
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Bahasa Indonesia II”
Dosen
Pembimbing:
Jauharoti
Alfin, M.Si
Disusun Oleh:
Siti Maulanah (D37211090)
Ummu kholisotin (D07211031)
Widiyah astutik (D07211048)
Hardiani eka.S (D07211037)
M. Hidayatullah (D77211080)
JURUSAN PENDIDIKAN MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2012
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah serta inayah-Nya
sehingga pada kesempatan ini penulis masih diberikan kesehatan dan mampu untuk
menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Shalawat bermutiarakan salam
senantiasa tercurahkan pada beliau Nabi Muhammad SAW. Pembimbing kearah terang
benderang dan pembawa suri tauladan bagi umat manusia.
Makalah
yang bertemakan ”Membaca
Puisi”,disusun berdasarkan buku-buku dan informasi yang
berkaitan secara langsung dengan pembahasan. Disamping itu, makalah ini
bertujuan untuk memenuhi Tugas mata kuliah Bahasa Indonesia II yang wajib
dipenuhi oleh penulis.
Untuk
itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu
Jauharoti Alfin, M.Si selaku Dosen
Pembimbing, yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam
penyusunan makalah ini.
2.
Kepada semua pihak yang
terlibat dalam penulisan makalah dan telah memberikan semangat dan juga
doprongan kepada penulis.
Akhirnya
penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Suatu
kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi tercapainya
kesempurnaan yang hakiki. Dan semoga
makalah ini senantiasa bermanfaat bagi pembaca dan khususnya bagi penulis
Surabaya, November 2012
Penulis
Daftar isi
KATA
PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR
ISI............................................................................................ ii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang masalah............................................ 1
1.2 Rumusan
masalah...................................................... 1
1.3 Tujuan...................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Menyimak
dan Menceritakan Kembali
Naskah
Drama..................................................... 2
§
Pengertian Menyimak
§
Tujuan Menyimak
§
Evaluasi Pemeran Tokoh Drama
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan...............................................................
Lampiran DAFTAR PUSTAKA.....................................................
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Betapa
penting peran menyimak dalam kehidupan sehari-hari, kiranya tidak perlu
diragukan lagi. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu dihadapkan pada
berbagai kesibukan menyimak. Apalagi dalam era globalisasi seperti saat ini,
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknolgi, masyarakat dituntut
untuk mampu menyimak berbagai informasi dengan cepat dan tepat, baik melalui
berbagai media, seperti radio, televisi, telepon, dan internet, mapun melalaui
tatap muka secara langsung.
Untuk itu,
perlu kiranya kita sebagai calon-calon pendidik mampu menyimak drama dan
merefleksikannya agar ada sesuatu yang dihasilkan bila mana melihat suatu
pementasan drama
1.2
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan menyimak drama?
2. Bagaiman
watak yang seharusnya dalam pemeran drama?
3. Apa
tujuan dari menyimak dan menceritakan drama?
1.3
Tujuan
1. Mahasiswa
mampu meengetahui maksud dari menyimak puisi
2. Mahasiswa
mampu meengetahui karakter yang dibentuk dalam pemeran drama,
3. Mahasiswa
mampu meengetahui tujuan dari menyimak dan menceritakan naskah drama.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Menyimak dan Menceritakan Kembali Naskah
Drama
Sebelum membahas tentang menyimak dan
menceritakan kembali naskah drama, perlu kita ketahui bahwa drama adalah Sebuah karya sastra yang berisikan cerita, konflik manusia yang dikemas dalam bentuk dialog
dengan
gerak-gerik yang disusun dengan tujuan untuk diproyeksikan di pentas sebagai
pertunjukan.
Menyimak
dapat didefenisikan suatu aktivitas yang mencakup kegiatan mendengar dan bunyi
bahasa, mengidentifikasi dan mereaksi atas makna yang terkandung dalam pementasan
drama.
Tujuan utama
menyimak adalah untuk menangkap dan memahami isi pesan dan ide serta gagasan
yang terdapat pada materi atau bahasa simakan. Dengan demikian tujuan menyimak
dapat dijabarkan sebagai berikut:
*. Untuk memproleh atau mendapatkan fakta.
*. Untuk menganalisis fakta.
*. Untuk mengevaluasi fakta.
*. Untuk mendapatkan inspirasi.
*. Untuk
mendapatkan hiburan atau menghibur diri
Untuk
dapat memerankan sebuah naskah drama dengan baik, jiwa seni harus dimiliki.
Seni lahir bersamaan dengan kesanggupan.
Seni seorang aktor tidak dapat diajarkan, akan tetapi teknik yang dipergunakan
dapat dipelajari.
Pembelajaran
drama tidak semata-mata bertujuan untuk mendidik atau mencetak mahasiswa
-mahasiswi menjadi dramawan ataupun aktor, tetapi lebih ke arah pengalaman
mengapresiasi drama. Dengan bekal apresiasi ini, mahasiswa-mahasiswi berkemampuan memupuk minat, menghargai, dan
selanjutnya memiliki selera positif terhadap drama.
Richard
Boleslavsky pada tahun 1933 menerbitkan sebuah buku yang berjudul The First Six
Lesson. Menurut Boleslavsky dalam sebuah teater yang kreatif, sasaran seorang
aktor adalah sukma manusia. Berperan atau bermain di atas pentas adalah memberi
bentuk lahir pada watak dan emosi aktor, baik dengan laku ataupun ucapan.
Watak
yang harus diperankan itu mempunyai tiga bagian yang harus tampak, yaitu watak
tubuh, watak pikiran, dan watak emosi. Pandangan Boleslavsky itu tertuang dalam enam ajaran
sebagai berikut.[1]
1.
Konsentrasi
atau pemusatan pikiran
Aktor
ialah seorang yang mengorbankan diri. Ia menghilangkan dirinya untuk menjadi orang
lain, yaitu perannya. Untuk melupakan dirinya
dan menjadi orang lain itu pertama-tama ia harus memiliki konsentrasi
yang kuat.
Di
dalam konsentrasinya, ia harus bisa menundukkan pancainderanya, urat-urat dan seluruh
anggota badannya. Jika ia memerankan peran seseorang misalnya, maka ia harus
bisa memerintahkan pancainderanya, urat-uratnya, dan seluruh anggota tubuh
orang tersebut. Bahkan suaranya harus bisa diperintah untuk berubah. Karena
itu, harus selalu dijaga agar tubuhnya selalu siap dan terlatih. Agar aktor
menjadi sempurna dalam profesinya, ia harus mengalami suatu pendidikan yang
terdiri atas tiga bagian, yaitu pendidikan tubuh, pendidikan intelek dan
kebudayaan, serta pendidikan dan latihan sukma.
2.
Ingatan
emosi
Aktor
harus berlatih mengingat-ingat segala emosi yang terpendam dan halaman-halaman
sejarah yang telah silam. Semua itu sekali waktu akan berguna untuk menolong
aktingnya karena emosinya harus bisa berkembang sesuai dengan situasi apa saja
yang terdapat dalam sebuah cerita. Kadang-kadang ia harus bersedih sebagai King
Lear yang terlupakan dan dikhianati, kadang-kadang ia harus mabuk asmara
sebagai Romeo, dendam sebagai Hamlet. Tidak jarang aktor benar-benar menangis
sedih di atas pentas dalam suatu adegan sedih karena mengingat kembali hal-hal
yang sedih di masa kecilnya.
Teater
adalah tempat memperlihatkan sesuatu yang sebetulnya tidak ada. Jika seorang
aktor menangis di atas panggung, apakah ia betul-betul menangis? Jika kita
berpikir logis, kenyataan di sini kita ganti dengan ciptaan. Ciptaan ini harus
nyata, dan ia adalah satu-satunya kenyataan yang benar yang boleh ada di sana.
Jangan meniru sebab meniru adalah salah, tetapi ciptakan, sebab mencipta adalah
benar.
3.
Laku
dramatis
Jika
ingatan emosi sudah dapat digali, barulah diwujudkan dalam laku dramatis, yaitu
perbuatan yang bersifat ekspresif dan emosi. Inilah yang merupakan instrumen
dalam seni teater, seperti warna dalam lukisan, bentuk dalam sebuah patung, dan
nada dalam musik. Aktor harus mewujudkan yang diutarakan oleh pengarang dengan
kata-katanya di dalam laku dramatisnya. Sebab, bagi laku inilah guna dan tujuan
karangannya yang harus diperlihatkan oleh para aktor. Di sini aktor sebagai
seniman bersifat reproduktif dan kreatif sekaligus. Dalam usahanya, laku tiap
aktor harus dikoordinasi oleh tafsiran tunggal sutradara sebagai ide pokok.
Sedangkan ide-ide para aktor merupakan cabang-cabang yang merujuk pada ide
pokok, yang keseluruhannya diwujudkan dalam satu suguhan yang utuh dan lengkap.
4.
Pembangunan
watak
Setelah
aktor mendapat gambaran tentang peran yang akan dipegangnya, gambaran itu harus
diperjelas lagi dengan cara-cara berikut:
v
Menelaah struktur
psikis peran untuk mengetahui bagaimana intelegensinya, bagaimana sikap
wataknya keluar, bagaimana wataknya ke dalam, bagaimana pengaruh masa lampau
peran itu, dan bagaimana kedudukan sosial peran itu.
v
Memberikan
identifikasi, yaitu laku-laku yang mengungkapkan watak-watak tersebut.
Menyelidiki setiap detail kehidupan peran harus dilakukan dengan teliti.
v
Mencari hubungan emosi
dengan peran itu. Hendaknya dicari hubungan antara naskan dengan emosi. Dalam
hubungan ini yang tepat ialah bahwa naskah harus keluar dari emosi yang
dirasakan, bukan sebaliknya.
v
Penguasaan teknis yaitu
penguasaan diksi, mimik, gerak, dan pantomimik. Di dalam setiap ucapan dan
akting harus tergambar situasi watak yang tersembunyi di baliknya.
5.
Observasi
atau pengamatan
Seorang
aktor harus merupakan seorang observator kehidupan. Ia harus belajar
memperhatikan cara orang mencangkul, mempergunakan gergaji, pelayan melayani,
guru berdiri di depan kelas, orang tua minum air teh kental, pecinta burung
menikmati kicauan burungnya, dan seribu hal yang lain lagi. Semua ini nanti
akan berguna bagi karyanya di atas pentas, yaitu dengan ahli ia akan bisa
meniru semuanya itu. Aktor harus memasuki segala kehidupan dan mengambil
pengalaman serta catatan dari semua itu.
6.
Irama
Agar
lakon itu dapat menghanyutkan para penonton ke arah yang dituju, tanpa disadari,
maka permainan itu harus mempergunakan irama. Dalam teater digunakan istilah “tempo” atau “kecepatan”, tetapi
sebetulnya kata ini tidak ada hubungan
apa-apa dengan irama.
Perumusan
yang agak kena dan dapat dipergunakan bagi setiap seni adalah bahwa irama harus
dipahami sebagai perubahan-perubahan yang teratur dan dapat dukur dari segala
macam unsur yang terkandung dalam sebuah hasil seni dengan syarat bahwa semua
perubahan secara berturut-turut merangsang perhatian penonton dan menuju ke
tujuan akhir seniman.
Sebuah
lakon mempunyai irama. Irama itu berjalan ke arah klimaks. Tanpa irama pasti
akan membosankan penontonnya. Aktor harus mempunyai kemahiran menunjukkan irama
ini. Ia harus berlatih memikat perhatian penonton dan menuntun perhatiannya ke
arah klimaks. Sebab itu, seorang aktor harus melatih dirinya perasa terhadap
segala irama seperti musik, gerak garis, gerak tari, bahasa, warna dalam
lukisan, kereta api, air kali, khotbah, api, dan sejuta irama yang
bermacam-macam sifatnya.
Menyimak
drama berarti memahami jalannya cerita beserta penokohannya khususnya dalam
perwatakannya. Mengevaluasi pemeran tokoh berarti memberikan apresiasi dan
penilaian mengenai pemeranan. Evaluasi ini dapat ditunjukkan pada bagian akting
yang meliputi ekspresi dengan gerak tubuh; suara yang meliputi volume,
artikulasi, intonasi, keluwesan, dan ketepatan karakter yang diperankan, serta
penghayatan terhadap isi naskah.[2]
Dengan
kita mengevaluasi pemeran tokoh dalam drama, maka akan mempermudah si penyimak
dalam menceritakan kembali naskah drama yang ditunjukkan meliputi: Pelafalan,
intonasi, mimik, kinesik, dan penghayatan.
Contoh drama
anak
PERSAHABATAN
Suasana di dalam kelas V ribut. Ada
yang berlari-lari saling berkejaran dan ada pula yang memukul-mukul meja. Ibu
Guru pun masuk ke kelas. Ketua kelas mengkomandoi untuk mengucapkan salam.
Ketua Kelas : Duduk siap! Memberi salam!
Semua : Assalamualaikum warohmatullahiwabarokatuh.
Ibu Guru : Walaikum salam warohmatullahiwabarokatuh. Hari ini semua hadir?
Semua : Hadir Bu!
Ibu Guru : Baiklah kalau begitu coba kalian kumpulkan tugas prakarya kalian!
Semua siswa mengumpulkan prakarya tetapi Krisna kebingungan mencari tugasnya yang disimpan di dalam tas. Krisna mengeluarkan semua isi yang ada di dalam tasnya dan mencarinya berulang-ulang. Ibu guru mendekati Krisna.
Ibu Guru : Krisna, ada apa? Mana tugasmu?
Krisna : A…a…a…anu Bu… euuum…. (Wajah Krisna Gugup)
Ibu Guru : Ada apa Krisna?
Krisna : I…i…ini Bu tugaas saya hilang. (Krisna menundukkan wajah)
Ibu Guru : Hilang???? Bagaimana bisa hilang? Hilang atau kamu tidak mengerjakannya??
Krisna : Saya mengerjakan Bu.
Rendy : Ah…!!!! Bohong Bu!!! Dia kan malas, paling juga dia tidak mengerjakan tugas Bu!
Dinda : Husssttt…!!! Rendy jangan menuduh seperti itu.
Krisna : (Diam menunduk) awas yah nanti saya balas! (gerutu Krisna)
Ibu Guru : Ya sudah Krisna besok kumpulkan tugas kamu.
Krisna : Iya Bu!!
Ketua Kelas : Duduk siap! Memberi salam!
Semua : Assalamualaikum warohmatullahiwabarokatuh.
Ibu Guru : Walaikum salam warohmatullahiwabarokatuh. Hari ini semua hadir?
Semua : Hadir Bu!
Ibu Guru : Baiklah kalau begitu coba kalian kumpulkan tugas prakarya kalian!
Semua siswa mengumpulkan prakarya tetapi Krisna kebingungan mencari tugasnya yang disimpan di dalam tas. Krisna mengeluarkan semua isi yang ada di dalam tasnya dan mencarinya berulang-ulang. Ibu guru mendekati Krisna.
Ibu Guru : Krisna, ada apa? Mana tugasmu?
Krisna : A…a…a…anu Bu… euuum…. (Wajah Krisna Gugup)
Ibu Guru : Ada apa Krisna?
Krisna : I…i…ini Bu tugaas saya hilang. (Krisna menundukkan wajah)
Ibu Guru : Hilang???? Bagaimana bisa hilang? Hilang atau kamu tidak mengerjakannya??
Krisna : Saya mengerjakan Bu.
Rendy : Ah…!!!! Bohong Bu!!! Dia kan malas, paling juga dia tidak mengerjakan tugas Bu!
Dinda : Husssttt…!!! Rendy jangan menuduh seperti itu.
Krisna : (Diam menunduk) awas yah nanti saya balas! (gerutu Krisna)
Ibu Guru : Ya sudah Krisna besok kumpulkan tugas kamu.
Krisna : Iya Bu!!
Tak terasa
waktu berputar, dan Teng… teng… teng… bel tanda istirahat berbunyi. Semua anak
berlari berhamburan keluar kelas.
Rendy, Dinda, dan Rozy sedang berjalan sambil mengobrol asyik. Dari arah berlawanan Krisna datang menghampiri mereka bertiga. Krisna sengaja menanbrak Rozy.
Rozy : Aduh!! (Rozy terjatuh)
Krisna : (Senyum sinis)
Rendy : Heh!! Krisna kamu sengaja yah menabrak Rozy???
Krisna : Enggak! Ngapain juga saya nabrak pencuri kaya dia.(tangan Krisna menunjuk ke arah Rozy)
Dinda : Apa maksud kamu Krisna?? Kamu menuduh Rozy mencuri tugas kamu?
Krisna : Menurut kalian? Kalian pikir dia anak baik??
Rendy : (Tangan kiri Rendy memegang kerah baju Krisna dan tangan kanan Rendy mengepal siap untuk memukul Krisna dengan mata melotot (marah)).
Krisna : Maling dibela!!!
Rendy : (memukul wajah Krisna dan Krisna terjatuh)
Rendy, Dinda, dan Rozy sedang berjalan sambil mengobrol asyik. Dari arah berlawanan Krisna datang menghampiri mereka bertiga. Krisna sengaja menanbrak Rozy.
Rozy : Aduh!! (Rozy terjatuh)
Krisna : (Senyum sinis)
Rendy : Heh!! Krisna kamu sengaja yah menabrak Rozy???
Krisna : Enggak! Ngapain juga saya nabrak pencuri kaya dia.(tangan Krisna menunjuk ke arah Rozy)
Dinda : Apa maksud kamu Krisna?? Kamu menuduh Rozy mencuri tugas kamu?
Krisna : Menurut kalian? Kalian pikir dia anak baik??
Rendy : (Tangan kiri Rendy memegang kerah baju Krisna dan tangan kanan Rendy mengepal siap untuk memukul Krisna dengan mata melotot (marah)).
Krisna : Maling dibela!!!
Rendy : (memukul wajah Krisna dan Krisna terjatuh)
Rendy dan
Krisna berkelahi saling membalas pukulan. Rozy dan Dinda berusaha melerai
mereka. Ketika itu juga Ibu Guru datang menghampiri mereka.
Guru : Stop!! Stop!! Stop!!! Ada apa ini??? Apa pantas pelajar berkelahi seperti ini??
Rendy : Maaf Bu! Saya hanya merasa tidak terima kalau Krisna menuduh Rozy mencuri tugasnya.
Rozy : (Diam menunduk dengan wajah panik)
Krisna : Saya tidak menuduh Bu, tetapi saya mengenali tugas prakarya yang saya kerjakan Bu. Dan prakarya itu seperti yang dikumpulkan oleh Rozy.
Ibu Guru : Rozy??? Apa benar itu??
Rozy : (Gugup sambil menunduk) Be…be…benar Bu! Maaf Bu saya tidak mengerjakan tugas karena sudah tiga hari Ibu saya sakit jadi saya tidak sempat mengerjakan tugas dan karena saya takut dimarahi karena tidak mengerjakan tugas jadi saya mengambil tugas Krisna saat kelas kosong Bu!
Dinda dan Rendy : (Terkejut)
Ibu Guru : Ya sudah sekarang Rozy meminta maaf kepada Krisna dan Rozy harus berjanji tidak akan pernah mencuri lagi karena mencuri adalah perbuatan dosa.
Rozy : Iya Bu!!
Ibu Guru : Dan… untuk krisna dan Rendy kalian sekarang saling memaafkan dan ingat jangan pernah mengulangi lagi perkelahian seperti ini. Kalian mengerti???
Rendy dan Krisna : Iya Bu.
Rendy : Krisna maafkan saya yah?
Rozy : Maafkan saya juga Kris sudah mencuri tugas kamu.
Krisna : Iyah sama-sama (Krisna memeluk Rendy dan Rozy)
Dinda : Nah gitu dong! Kita harus saling memaafkan karena kita adalah sahabat untuk sekarang dan selamanya.
Dinda, Rozy, Rendy, Krisna : Selamanya kita sahabat!!!
Guru : Stop!! Stop!! Stop!!! Ada apa ini??? Apa pantas pelajar berkelahi seperti ini??
Rendy : Maaf Bu! Saya hanya merasa tidak terima kalau Krisna menuduh Rozy mencuri tugasnya.
Rozy : (Diam menunduk dengan wajah panik)
Krisna : Saya tidak menuduh Bu, tetapi saya mengenali tugas prakarya yang saya kerjakan Bu. Dan prakarya itu seperti yang dikumpulkan oleh Rozy.
Ibu Guru : Rozy??? Apa benar itu??
Rozy : (Gugup sambil menunduk) Be…be…benar Bu! Maaf Bu saya tidak mengerjakan tugas karena sudah tiga hari Ibu saya sakit jadi saya tidak sempat mengerjakan tugas dan karena saya takut dimarahi karena tidak mengerjakan tugas jadi saya mengambil tugas Krisna saat kelas kosong Bu!
Dinda dan Rendy : (Terkejut)
Ibu Guru : Ya sudah sekarang Rozy meminta maaf kepada Krisna dan Rozy harus berjanji tidak akan pernah mencuri lagi karena mencuri adalah perbuatan dosa.
Rozy : Iya Bu!!
Ibu Guru : Dan… untuk krisna dan Rendy kalian sekarang saling memaafkan dan ingat jangan pernah mengulangi lagi perkelahian seperti ini. Kalian mengerti???
Rendy dan Krisna : Iya Bu.
Rendy : Krisna maafkan saya yah?
Rozy : Maafkan saya juga Kris sudah mencuri tugas kamu.
Krisna : Iyah sama-sama (Krisna memeluk Rendy dan Rozy)
Dinda : Nah gitu dong! Kita harus saling memaafkan karena kita adalah sahabat untuk sekarang dan selamanya.
Dinda, Rozy, Rendy, Krisna : Selamanya kita sahabat!!!
Mereka
berempat saling bergandengan tangan dan menyanyikan lagu
“Dulu kita sahabat. Dengan begitu hangat mengalahkan sinar mentari. Dulu kita sahabat. Berteman bagai ulat. Berharap jadi kupu-kupu. Kini kita berjalan berjauh-jauhan. Kau jauhi diriku karena sesuatu. Mungkin ku terlalu bertindak kejauhan. Namun itu karena ku sayang Persahabatan bagai kepompong. Mengubah ulat menjadi kupu-kupu. Persahabatan bagai kepompong. Hal yang tak mudah berubah jadi indah. Persahabatan bagai kepompong. Maklumi teman hadapi perbedaan. Persahabatan bagai kepompong.
“Dulu kita sahabat. Dengan begitu hangat mengalahkan sinar mentari. Dulu kita sahabat. Berteman bagai ulat. Berharap jadi kupu-kupu. Kini kita berjalan berjauh-jauhan. Kau jauhi diriku karena sesuatu. Mungkin ku terlalu bertindak kejauhan. Namun itu karena ku sayang Persahabatan bagai kepompong. Mengubah ulat menjadi kupu-kupu. Persahabatan bagai kepompong. Hal yang tak mudah berubah jadi indah. Persahabatan bagai kepompong. Maklumi teman hadapi perbedaan. Persahabatan bagai kepompong.
BAB
III
PENUTUP
3.1
kesimpulan
Menyimak
dapat didefenisikan suatu aktivitas yang mencakup kegiatan mendengar dan bunyi
bahasa, mengidentifikasi dan mereaksi atas makna yang terkandung dalam pementasan
drama.
Tujuan utama
menyimak adalah untuk menangkap dan memahami isi pesan dan ide serta gagasan
yang terdapat pada materi atau bahasa simakan. Dengan demikian tujuan menyimak
dapat dijabarkan sebagai berikut:
*. Untuk memproleh atau mendapatkan fakta.
*. Untuk menganalisis fakta.
*. Untuk mengevaluasi fakta.
*. Untuk mendapatkan inspirasi.
*. Untuk
mendapatkan hiburan atau menghibur diri
Seseorang harus memiliki jiwa seni untuk dapat
memerankan drama dengan baik. Pembelajaran drama lebih diarahkan pada
pengalaman mengapresiasi drama. Ada enam ajaran Richard Boleslavsky tentang
watak pemeran drama, yaitu konsentrasi atau pemusatan pikiran, ingatan emosi,
laku dramatis, pembangunan watak, observasi atau pengamatan, dan irama.
Daftar
Pustaka
Aminuddin.
2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru
Algensindo
Dwija,
Dadan Djuanda Iswara. 2006. Apresiasi Sastra Indonesia . Bandung:
UPI
Press.
Hamzah,
Adjib. 1985. Pengantar Bermain Drama.
Bandung: CV Rosda.
Haryamawan,
RMA. 1993. Dramaturgi . Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Indarti,
Titik. 2006. Memahami Drama Sebagai Teks
Sastra dan Pertunjukan.
Surabaya:
Unesa University Press.
Sumardjo,
Jokob, Saini. 1997. Apresiasi Kesusastraan . Jakarta: Gramedia
Pustaka
Utama.
Suroto.
1989. Apresiasi Sastra Indonesia . Jakarta: Erlangga
Wirajaya, Asep Yudha.2008. Berbahasa dan Bersastra Indonesia.
Jakarta: pusat perbukuan departemen pendidikan nasional
Tim PGMI, Bahasa Indonesia S2,25 Bahan Ajar PGMI,
hal 7
0 komentar :
Posting Komentar