jam

apakah anda menyukai ini?

Selasa, 09 Juni 2015

Artikel PTK

Peningkatan Kemampuan Menghafal Asmaul Husna
Melalui Model Make a match
Siswa kelas III MI Darussalam Wringinanom Gresik
Tahun Pelajaran 2013/2014

Siti Maulanah
MI Darussalam Wringinanom-Gresik
Abstrak:
Permasalahan yang sering muncul pada pembelajaran aqidah adalah bagaimana peserta didik dapat menghafal asmaul husna yang ada dalam pembelajaran aqidah, khususnya materi Mengenal Allah melalui sifat-sifat Allah yang terkandung dalam Al-Asma, Al-Husna, (Al-Musawwir, Al-Halim, dan Al-Karim). Untuk itu guru harus bisa lebih kreatif dalam menggunakan model pembelajaran yang ada dalam kelas, sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai dengan optimal. Dalam penelitian ini, masalah yang ingin dikaji oleh peneliti adalah bagaimana meningkatkan kemampuan menghafal asmaul husna melalui model Make a match. Penelitian ini menggunakan Penelitian tindakan kelas yang dilakukan sebanyak dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan kegiatan, pengamatan, refleksi dan revisi. Sasaran penelitian ini adalah peserta didik kelas III di MI Darussalam Wringinanom Gresik dengan jumlah peserta didik 20 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan tes. Dari hasil wawan cara peneliti yang telah didapatkan bahwa ketuntasan belajar peserta didik pada siklus pertama adalah 3,00% belum mencapai ketuntasan secara maksimal, dan pada siklus kedua dengan menggunakan model pembelajaran make a match ketuntasan belajar peserta didik mencapai 8, 30% tergolong cukup mencapai standart ketuntasan belajar. Sehingga dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran make a match dapat meningkatkan kemampuan menghafal asmaul husna pada siswa kelas III MI Darussalam Wringinanom Gresik.
Kata Kunci: Peningkatan kemampuan menghafal asmaul husna, model make a match








PENDAHULUAN
Aqidah akhlak merupakan bagian dari Agama Islam yang lebih mengedepankan aspek  afektif, baik nilai ketuhanan maupun kemanusiaan yang hendak ditanamkan dan ditumbuh kembangkan ke dalam peserta didik, sehingga tidak sekedar berkosentrasi pada persoalan teoritis yang bersifat kognitif semata, tetapi sekaligus juga mampu mengubah pengetahuan aqidah akhlak yang bersifat kognitif menjadi bermakna dan dapat diinternalisasikan serta diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Agar nilai-nilai agama yang terkandung dalam ajaran agama Islam dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, maka mata pelajaran agama khususnya pelajaran aqidah akhlak tidak hanya dipelajari dalam ranah teoritis tetapi harus diamalkan oleh peserta didik, dalam hal ini telah menjadi salah satu tugas guru dalam menanamkan nilai-nilai akhlaqul karimah.
Berdasarkan tujuan tersebut, ketrampilan menghafalkan asmaul husna merupakan kompetensi yang dianggap penting bagi peserta didik karena dapat membentuk pribadi muslim yang seutuhnya dalam proses pembentukan watak pribadi peserta didik dengan mengamalkan nilai-nilai keyakinan (tauhid) dan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari.dan juga merupakan salah satu kompetensi yang nantinya akan diujikan dalam ujian madrasah bertaraf nasional (UAMBN).
Pada kompetensi menghafal asmaul husna realita menunjukkan hal yang berbeda dengan yang diharapkan, karena kebanyakan dari peserta didik mengalami kesulitan dalam mencapai kompetensi yang ada. Hal ini disebabkan karena kurang antusiasnya peserta didik dalam mengikuti pembelajaran, sehingga kebanyakan peserta didik tidak memerhatikan penjelasan dari guru bahkan banyak siswa yang makan dalam kelas saat pelajaran berlangsung, tidur dalam kelas dan bergurau dengan temannya. Kesemuanya itu terjadi karena banyak faktor diantaranya adalah model dan metode yang disajikan oleh guru kurang menarik ataupun keterbatasan daya fikir peserta didik dalam menerima materi yang telah disampaikan oleh gurunya.
Permasalahan ini seringkali muncul pada peserta didik, dalam hal ini terbukti ketika pada kompetensi ini peserta didik tidak mau menghafal asmaul husna dan apabila diberi tugas sesuai dengan materi yang bersangkutan hasilnya jugakurang baik.
Dari permasalahan tersebut, mendorong peneliti dalam mengambil judul “Peningkatan Kemampuan Menghafal Asmaul Husna Melalui Model Make a match Siswa kelas III MI Darussalam Wringinanom Gresik”.
Oleh karena itu, peneliti merasa perlu untuk merumuskan masalah terlebih dahulu agar penelitian menjadi terarah. Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah : (1) Bagaimana kemampuan siswa menghafal Asmaul Husna pada pelajaran Aqidah Akhlak di MI Darussalam sebelum diberi tindakan? (2) Bagaiman penerapan model pembelajaran make a match pada pelajaran Aqidah Akhlak di MI Darussalam? (3) Bagaimana peningkatan kemampuan siswa menghafal Asmaul Husna pada pelajaran Aqidah Akhlak dengan menggunakan model pembelajaran make a match di MI Darussalam?
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Untuk mengetahui kemampuan siswa menghafal Asmaul Husna pada pelajaran aqidah akhlak di MI Darussalam sebelum diberi tindakan. (2) Untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran Make a match pada pelajaran Aqidah di MI Darussalam. (3) Untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa menghafal Asmaul Husna pada pelajaran Aqidah Akhlak dengan menggunakan model pembelajaran make a match di MI Darussalam.
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian tindakan kelas ini secara teoritis dan praktis adalah:
Manfaat Teoritis.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukkan dan kajian di lembaga dalam rangka pengembangan model pembelajaran dan meringankan beban lembaga karena tidak memerlukan biaya yang mahal untuk pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan.
Manfaat Praktis.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh guru di madrasah Ibtidaiyah dalam hal memberikan keterampilan dalam usaha bimbingan/perbaikan cara-cara belajar, cara mengajar, penyesuaian materi, mengurangi hambatan yang dihadapi siswa. Dan oleh peserta didik dalam mendapatkan suatu cara atau model yang tepat untuk dapat menguasai materi pelajaran Aqidah Akhlak khususnya Asmaul Husna.
Model Pembelajaran Make a Match artinya model pembelajaran Mencari Pasangan. Dalam model pembelajaran make a match sangat membantu siswa dalam hal menghilangkan kejenuhan siswa didalam kelas.
METODOLOGI PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model kolabo-ratif, karena dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas yang melibatkan beberapa pihak seperti guru pembimbing  mata pelajaran dan peneliti yang secara bersama melakukan penelitian. dilaksanakan di MI Darussalam.
Lokasi Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian
Karakteristik Lokasi :
Nama Madrasah                      : MI Darussalam
Alamat Madrasah                    : Jl. Wringinanom Gresik
Kelas                                       : III
Lingkungan fisik dan sosial    : Masyarakat menengah ke bawah
Komposisi kelas                     : Satu rombongan belajar terdiri dari 20                                      peserta didik
Kemampuan akademik          : Kemampuan akademik sedang, karena   kemampuan belajar Aqidah Akhlak rendah.
Latar Belakang sosial ekonomi orang tua : Petani dan buruh pabrik
Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada pertengahan semester ganjil yaitu pada bulan Oktober 2014.
Subyek penelitian
Sebagai  subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III MI Darussalam Wringinanom Gresik tahun ajaran 2013-2014 dengan jumlah siswa sebanyak 20 siswa perempuan 15 laki-laki 5 siswa.
Siklus Penelitian
Penelitian ini menggunakan model penelitian dari Kemmis dan Taggart, berbentuk spiral dari siklus yang satu kesiklus yang lain.
Penggalian Data Awal

Perencanaan Umum

Revisi Perencanaan S2
Pameran hasil penelitian
Penyusunan Laporan
Observasi & evaluasi 2

Tindakan 4 s.d 6
Tindakan 1 s.d 3
Observasi & evaluasi 1
Refleksi











Gambar 1: Alur PTK
Tahap awal dalam penelitian ini yaitu dengan mewawancarai responden secara langsung untuk memeroleh data tentang pendapat siswa mengenai proses belajar yang telah dialami. Kemudian peneliti melakukan observasi untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dan penerapan materi dengan model pembelajaran make a match yang dilaksanakan guru dan peneliti. Selanjutnya peneliti mengadakan tes serta melihat dokumentasi kelas dengan menentukan skor awal dalam pembagian kelompok berdasarkan nilai mata pelajaran aqidah  Pada ulangan harian bab sebelumnya. Kesemuanya itu dilakukan untuk menentukan alat ukur perubahan iklim belajar pada saat sebelum dan sesudah dilakukan model pembelajaran make a match. kemudian melakukan 1) perencanaan tindakan (planning) yang terdiri dari membuat rumusan masalah,tujuan ,membuat rencana tindakan dan perangkat pembelajaran, 2) Tindakan dan observasi (action) meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep peserta didik mengamati hasil atau dampak dari diterapkannnya metode mnemonic gerak, 3) Refleksi peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat, 4) Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancanagn yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.
Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: (1) RPP (2) Format observasi kegiatan belajar mengajar, berupa lembar pengamatan terhadap aktivitas peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran (3) Membuat alat test/evaluasi.
Tekhnik dan Alat Pengumpulan Data
Sumber data  PTK ini adalah : Siswa, Untuk mendapatkan data tentang minat belajar siswa selama proses kegiatan belajar mengajar dan Guru, Untuk melihat tingkat keberhasilan implementasi metode drill terhadap minat belajar siswa.
Untuk memperoleh data dalam PTK yang benar-benar valid, peneliti menggunakan tekhnik pengumpulan data dengan cara:  observasi, wawancara, tes dan dokumentasi. Tekhnik yang pertama yaitu observasi yang dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dan penerapan materi dengan model pembelajaran make a match yang dilaksanakan guru dan peneliti, kedua adalah wawancara yang dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh data tentang pendapat siswa mengenai proses belajar yang telah dialami. Ketiga adalah tes yang digunakan untuk mengadakan penyelidikan dengan menggunakan soal-soal atau pertanyaan dimana  soal-soal tersebut telah dipilih dengan seksama. Dan yang keempat yaitu dokumentasi yang digunakan peneliti untuk menentukan skor awal dalam pembagian kelompok berdasarkan nilai mata pelajaran aqidah akhlak Pada ulangan harian bab sebelumnya.
Alat yang digunakan dalam PTK ini yaitu: tes tulis (post-test dan pre-test), Lembar observasi/pengamatan, dan buku catatan.
            Dalam hal ini peneliti mengubah model pembelajaran langsung (siswa dijelaskandan selanjutnya menghafalkannya) menjadi pembelajaran yang menggunakan model make a match.


            Tekhnik Analisa Data
Untuk mengetahui keektifan suatu metode dalam kegiatan belajar mengajar maka digunakanlah analisis data. Dalam penelitian analisis data ini dilakukan dengan memberikan evaluasi pre test dalam setiap akhir pembelajaran dan juga memberi score atas kegiatan peserta didik selama proses pembelajaran
Análisis ini dihitung dengan menggunakan ststistik sederhana yaitu :
1.      Untuk ketuntasan belajar yaitu secara individu dan secara klasikal, berdasar petunjuk belajar mengajar. Seorang peserta didik telah tuntas belajar apabila mencapai score 65 % atau nilai 65 dan kelas disebut tuntas belajar apabila kelas telah mencapai keberhasilan belajar 85% untuk menghitung hasil belajar digunakan rumus sebagai berikut P =E peserta didik tuntas belajar x 100 untuk Peserta Didik.
2.      Memberikan nilai post- test, peneliti menggunakan acuan: Untuk score 81 s/d 100 : lulus dengan predikat baik, score 65 s/d 80 :lulus dengan predikat cukup, Untuk nilai kurang dari 45: Tidak lulus.
3.      Untuk penerapan model make a match semua data yang berhasil dikumpulkan dari sumber penelitian akan dihubungkan dengan metode diskriptif análisis sederhana yaitu: menjelaskan data - data yang diperoleh dengan menggunaklan nilai rata rata hitung atau disebut aritmatik mean dengan digunakan rumus : M = Ex
                                                                                                            N
M = mean yang dicari
Ex = jumlah dari nilai
N = banyaknya nilai
Untuk memberikan nilai pada  hasil keaktifan peneliti memberi penilaian sebagai berikut : Untuk nilai  4 cukup baik, nilai 3 baik, nilai  2 cukup, nilai  1 kurang.
KERANGKA TEORITIK
Model Pembelajaran Make a Match artinya model pembelajaran Mencari Pasangan. Hal-hal yang perlu dipersiapkan jika pembelajaran dikembangkan dengan  Make-A Match adalah kartu-kartu. Kartu-kartu tersebut berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu lainnya berisi jawaban dari pertanyaan tersebut. Perlu diketahui bahwa tidak semua peserta didik baik yang berperan sebagai pemegang kartu pertanyaan, pemegang kartu jawaban maupun penilai mengetahui dan memahami secara pasti apakah betul kartu pertanyaan dan jawaban yang mereka pasangkan telah cocok atau tidak. Demikian halnya dengan penilai, mereka juga belum mengetahui secara pasti apakah penilaian mereka benar atas pasangan pertanyaan dan jawaban yang diberikan. Berdasarkan situasi inilah guru memfasilitasi siswa untuk mengkonfirmasi hal-hal yang telah mereka lakukan yaitu memasangkan pertanyaan dan jawaban dan melaksanakan penilaian. (Istarani.2011: 58).

Manfaat belajar dan mengajar dengan model pembelajaran make a match adalah:
. Siswa terlibat langsung dalam menjawab soal yang disampaikan kepadanya melalui kartu.
2.    Meningkatkan kreativitas belajar siswa.
3.   Menghindari kejenuhan siswa dalam mengikuti  kegiatan belajar mengajar.
4.  Pembelajaran lebih menyenangkan karena melibatkan media pembelajaran yang dibuat oleh guru.
langkah-langkah sebagai berikut:
Langkah-langkah dalam model pembelajaran make a match adalah sebagai berikut:
1.  Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topic yang cocok untuk review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
2.  Siswa dibagi menjadi 3 kelompok, kelompok 1 mendapat kartu soal dan kelompok 2 mendapat kartu jawaban sedangkan kelompok 3 berfungsi sebagai penilai.
3.   Tiap peserta didik mendapatkan satu kartu yang berisi pertanyaan atau jawaban.
4. Setiap peserta didik mencari pasangan yang cocok dengan kartunya (Pasangan pertanyaan-jawaban)
5.   Setiap peserta didik yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin oleh penilai.
6.    Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya
7.   Setelah semua siswa mendapatkan pasangannya kemudian siswa yang berperan sebagai penilai berganti peran menjadi pemegang kartu pertanyaan dan sebagian memegang kartu jawaban. Sedangkan siswa pada kelompok 1 dan 2 sebelumnya berganti peran sebagai penilai.
8.      Kemudian lakukan kegiatan seperti langkah pada nomor 4 dan 5.
9.      Kesimpulan dan penutup. (Mastur faizi, Ragam metode eksakta pada murid. (jogjakarta:Diva pres.2013))
4.         Kekurangan Model Pembelajaran Make-A Match
1.   Sulit bagi guru mempersiapkan kartu-kartu yang baik dan bagus sesuai dengan materi palajaran.
2.      Sulit mengatur ritme atau jalannya proses pembelajaran
3.  Siswa kurang menyerapi makna pembelajaran yang ingin disampaikan karena siswa hanya merasa sekedar bermain saja.
4.      Sulit untuk membuat siswa berkonsentrasi.( Istarani.2011: 58)



HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kejenuhan dan suasana yang tidak kondusif didalam kelas akan menghambat tercapainya  ketuntatasan proses belajar-mengajar siswa. Hal ini terjadi karena kurangnya minat belajar siswa yang mana dikarenakan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru tidak sesuai dengan karakteristik peserta didik yang mana pada tahap usia dini anak masih membutuhkan mainan untuk memancing peserta didik agar belajar dengan baik dan antusias pada gurunya. Adapun langkah-langkah pembelajaranya sebagai berikut:
Siklus 1          
Tahap perencanaan (planning)
Pada tahap ini peneliti merancang RPP, menyusun fasilitas atau sarana yang di perlukan dikelas, mempersiapkan instrumen untuk menganalis data mengenai proses dan hasil tindakan yaitu : lembar keraja, lembar observasi guru dan siswa.
Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pada siklus I dalam PTK ini tahap kegiatan dan pelaksanaan dilaksanakan pada tanggal 7 Oktober 2013di kelas III MI Darussalam dengan jumlah peserta didik sebanyak 20 siswa. Dalam kegiatan penelitian ini, peneliti bertindak sebagai guru pendamping, yang mana proses belajar-mengajar mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah disiapkan terlebih dahulu.
Dalam tahap akhir pembelajaran, peserta didik diberi pre-test dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik dalam proses pembelajaran yang dilalui. Adapun hasil pembelajaran siswa dapat dilihat dalam sebuah grafik dibawah ini:
..........................................................(grafik)
Dari grafik tersebut, dapat kita tarik benang merah bahwa dengan menerapkan model pembelajaran yang konvaensional (peserta didik diberi waktu 10 sampai 15 menit untuk menghafal secara keseluruhan dengan menghafal sendiri Asmaul husna) untuk peserta  diperoleh nilai rata-rata peserta didik 3,00% hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara  klasikal peserta didik belum tuntas belajar karena memperoleh nilai kurang dari 65 sebesar 30% jauh lebih kecil dari prosentase ketuntasan yang diharapkan yaitu 80 % dikarenakan sebagian peserta didik kurang antusias dalam melaksanakan proses belajar mengajar.
Siklus II
Tahap Perencanaan
Pada tahapan ini peneliti menyiapkan perangkat pembelajaran yang meliputi RPP 2, Lembar kerja siswa , soal pos-test dan alat alat belajar yang mendukung.
Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran untuk siklus 2 dilaksanakan pada tanggal 14 Oktober 2013 di kelas III dengan jumlah peserta didik 20. Dalam kegiatan pembelajaran ini peneliti bertindak sebagai guru , proses pembelajaran mengacu pada RPP 2 yang telah direvisi dari pengalaman disiklus satu  sehingga kekurangan dan kesalahan yang terjadi pada kegiatan siklus satu tidak terulang pada siklus 2. Pada akhir proses pembelajaaran peserta didik diberi pos-test dengan tujuan untuk mengetahui keberhasilan peserta didik selama proses pembelajaran yang telah dilakukan.
Data hasil penilaian pada siklus II
..............................................................................(grafik)
Berdasarkan grafik diatas, dapat dijelaskan bahwa rata-rata peserta didik sebesar 8,30 dan ketuntasan belajar peserta didik mencapai 80% dalam hal ini peserta didik dapat dikatakan tuntas dalam proses belajar-mengajar.
Hasil pembelajaran pada siklus 2 ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran make a match kemampuan menghafal peserta didik mengalami peningkatan yang sangat melonjak dengan hasil yang sangat baik dari siklus yang pertama. Adanya peningkatan ini diharapkan dapat memberi motivasi kepada peserta didik untuk lebih aktif dan semangat lagi dalam proses pembelajaran.
Refleksi
Dari  hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pada siklus pertama peserta didik kurang antusias dalam mengikutai proses pembelajaaran sehingga pencapaian hasil belajar kurang maksimal, keadaan ini berbeda setelah dilaksanakan siklus 2 yang menggunakan model pembelajaran make a match, peserta didik sangat aktif dalam megikuti pelajaran sehingga hasil akhir yang diperoleh telah  mencapai standar kelulusan pencapaian hasil belajar.


PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil kegiatan belajar mengajar selama dua siklus dan berdasarkan seluruh pembahasan serta análisa yang telah dilakukan peneliti dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran dengan model make a match dapat  meningkatkan hasil belajar peserta didik dengan indikator siklus pertama nilai rata- rata 3,00 dan setelah dilakukan siklus kedua dengan segala revisi yang telah dilakukan peneliti nilai rata-rata peserta didik mencapai 8,30. Penggunaan model make a match tergolong sesuai dalam pembelajaran aqidan dan telah dapat membantu guru untuk meningkatkan kemampuan menghafal asmaul husna. Selain model pembelajaran make a match hemat biaya, model pembelajaran make a match juga mudah diterapkan.

0 komentar :

Posting Komentar