Peningkatan Kemampuan Menghafal
Asmaul Husna
Melalui Model Make a match
Siswa kelas III MI Darussalam
Wringinanom Gresik
Tahun Pelajaran 2013/2014
Siti Maulanah
MI Darussalam Wringinanom-Gresik
Abstrak:
Permasalahan
yang sering muncul pada pembelajaran aqidah adalah bagaimana peserta didik
dapat menghafal asmaul husna yang ada dalam pembelajaran aqidah, khususnya
materi Mengenal Allah melalui sifat-sifat Allah yang terkandung dalam Al-Asma,
Al-Husna, (Al-Musawwir, Al-Halim, dan Al-Karim). Untuk itu guru harus bisa
lebih kreatif dalam menggunakan model pembelajaran yang ada dalam kelas,
sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai dengan optimal. Dalam penelitian
ini, masalah yang ingin dikaji oleh peneliti adalah bagaimana meningkatkan
kemampuan menghafal asmaul husna melalui model Make a match. Penelitian ini menggunakan Penelitian tindakan kelas
yang dilakukan sebanyak dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap
yaitu perencanaan kegiatan, pengamatan, refleksi dan revisi. Sasaran penelitian
ini adalah peserta didik kelas III di MI Darussalam Wringinanom Gresik dengan
jumlah peserta didik 20 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah observasi, wawancara, dan tes. Dari hasil wawan cara peneliti yang telah
didapatkan bahwa ketuntasan belajar peserta didik pada siklus pertama adalah 3,00%
belum mencapai ketuntasan secara maksimal, dan pada siklus kedua dengan
menggunakan model pembelajaran make a
match ketuntasan belajar peserta didik mencapai 8, 30% tergolong cukup
mencapai standart ketuntasan belajar. Sehingga dalam penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran make
a match dapat meningkatkan kemampuan menghafal asmaul husna pada siswa
kelas III MI Darussalam Wringinanom Gresik.
Kata Kunci: Peningkatan kemampuan menghafal asmaul husna,
model make a match
PENDAHULUAN
Aqidah akhlak merupakan bagian dari Agama Islam yang
lebih mengedepankan aspek afektif, baik
nilai ketuhanan maupun kemanusiaan yang hendak ditanamkan dan ditumbuh
kembangkan ke dalam peserta didik, sehingga tidak sekedar berkosentrasi pada
persoalan teoritis yang bersifat kognitif semata, tetapi sekaligus juga mampu
mengubah pengetahuan aqidah akhlak yang bersifat kognitif menjadi bermakna dan
dapat diinternalisasikan serta diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Agar
nilai-nilai agama yang terkandung dalam ajaran agama Islam dapat
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, maka mata pelajaran agama khususnya
pelajaran aqidah akhlak tidak hanya dipelajari dalam ranah teoritis tetapi harus
diamalkan oleh peserta didik, dalam hal ini telah menjadi salah satu tugas guru
dalam menanamkan nilai-nilai akhlaqul
karimah.
Berdasarkan tujuan tersebut, ketrampilan
menghafalkan asmaul husna merupakan kompetensi yang dianggap penting bagi
peserta didik karena dapat membentuk pribadi muslim yang seutuhnya dalam proses
pembentukan watak pribadi peserta didik dengan mengamalkan nilai-nilai
keyakinan (tauhid) dan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari.dan juga
merupakan salah satu kompetensi yang nantinya akan diujikan dalam ujian
madrasah bertaraf nasional (UAMBN).
Pada kompetensi menghafal asmaul husna realita
menunjukkan hal yang berbeda dengan yang diharapkan, karena kebanyakan dari
peserta didik mengalami kesulitan dalam mencapai kompetensi yang ada. Hal ini
disebabkan karena kurang antusiasnya peserta didik dalam mengikuti
pembelajaran, sehingga kebanyakan peserta didik tidak memerhatikan penjelasan
dari guru bahkan banyak siswa yang makan dalam kelas saat pelajaran
berlangsung, tidur dalam kelas dan bergurau dengan temannya. Kesemuanya itu
terjadi karena banyak faktor diantaranya adalah model dan metode yang disajikan
oleh guru kurang menarik ataupun keterbatasan daya fikir peserta didik dalam
menerima materi yang telah disampaikan oleh gurunya.
Permasalahan ini seringkali muncul pada peserta
didik, dalam hal ini terbukti ketika pada kompetensi ini peserta didik tidak
mau menghafal asmaul husna dan apabila diberi tugas sesuai dengan materi yang
bersangkutan hasilnya jugakurang baik.
Dari permasalahan tersebut, mendorong peneliti dalam
mengambil judul “Peningkatan Kemampuan Menghafal Asmaul Husna Melalui Model Make a match Siswa kelas III MI
Darussalam Wringinanom Gresik”.
Oleh karena itu, peneliti merasa perlu untuk
merumuskan masalah terlebih dahulu agar penelitian menjadi terarah. Adapun
rumusan masalah dari penelitian ini adalah : (1) Bagaimana kemampuan siswa menghafal Asmaul Husna pada pelajaran
Aqidah Akhlak di MI Darussalam sebelum diberi tindakan? (2) Bagaiman penerapan model pembelajaran make a match pada pelajaran Aqidah Akhlak di MI Darussalam? (3) Bagaimana peningkatan kemampuan
siswa menghafal Asmaul Husna pada pelajaran Aqidah Akhlak dengan menggunakan
model pembelajaran make a match di MI
Darussalam?
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut
: (1) Untuk mengetahui kemampuan
siswa menghafal Asmaul Husna pada pelajaran aqidah akhlak di MI Darussalam sebelum
diberi tindakan. (2) Untuk
mendeskripsikan penerapan model pembelajaran Make a match pada pelajaran Aqidah di MI Darussalam. (3) Untuk mengetahui peningkatan
kemampuan siswa menghafal Asmaul Husna pada pelajaran Aqidah Akhlak dengan
menggunakan model pembelajaran make a
match di MI Darussalam.
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian
tindakan kelas ini secara teoritis dan praktis adalah:
Manfaat Teoritis.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
bahan masukkan dan kajian di lembaga dalam rangka pengembangan model
pembelajaran dan meringankan beban lembaga karena tidak memerlukan biaya yang
mahal untuk pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan.
Manfaat Praktis.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan
oleh guru di madrasah Ibtidaiyah dalam hal memberikan keterampilan dalam usaha
bimbingan/perbaikan cara-cara belajar, cara mengajar, penyesuaian materi,
mengurangi hambatan yang dihadapi siswa. Dan oleh peserta didik dalam mendapatkan
suatu cara atau model yang tepat untuk dapat menguasai materi pelajaran Aqidah
Akhlak khususnya Asmaul Husna.
Model Pembelajaran Make a Match artinya model pembelajaran Mencari Pasangan. Dalam
model pembelajaran make a match
sangat membantu siswa dalam hal menghilangkan kejenuhan siswa didalam kelas.
METODOLOGI
PENELITIAN
Setting
Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) model kolabo-ratif, karena dilakukan untuk memecahkan masalah
pembelajaran di kelas yang melibatkan beberapa pihak seperti guru
pembimbing mata pelajaran dan peneliti
yang secara bersama melakukan penelitian. dilaksanakan di MI Darussalam.
Lokasi
Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian
Karakteristik Lokasi :
Nama Madrasah :
MI Darussalam
Alamat Madrasah :
Jl. Wringinanom Gresik
Kelas :
III
Lingkungan fisik dan sosial : Masyarakat menengah ke bawah
Komposisi kelas : Satu rombongan belajar terdiri dari 20 peserta
didik
Kemampuan akademik : Kemampuan akademik sedang,
karena kemampuan belajar Aqidah Akhlak
rendah.
Latar Belakang sosial ekonomi orang tua : Petani dan
buruh pabrik
Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada pertengahan
semester ganjil yaitu pada bulan Oktober 2014.
Subyek
penelitian
Sebagai
subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III MI Darussalam
Wringinanom Gresik tahun ajaran 2013-2014 dengan jumlah siswa sebanyak 20 siswa
perempuan 15 laki-laki 5 siswa.
Siklus
Penelitian
Penelitian ini menggunakan model penelitian dari
Kemmis dan Taggart, berbentuk spiral dari siklus yang satu kesiklus yang lain.
Penggalian Data Awal
|
Perencanaan Umum
|
Revisi Perencanaan S2
|
Pameran hasil penelitian
|
Penyusunan Laporan
|
Observasi & evaluasi 2
|
Tindakan 4 s.d 6
|
Tindakan 1 s.d 3
|
Observasi & evaluasi 1
|
Refleksi
|
Gambar 1: Alur PTK
Tahap awal dalam penelitian ini yaitu dengan
mewawancarai responden secara langsung untuk memeroleh data tentang pendapat
siswa mengenai proses belajar yang telah dialami. Kemudian peneliti melakukan
observasi untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa dalam proses belajar
mengajar dan penerapan materi dengan model pembelajaran make a match yang
dilaksanakan guru dan peneliti. Selanjutnya peneliti mengadakan tes serta
melihat dokumentasi kelas dengan menentukan skor awal dalam pembagian kelompok
berdasarkan nilai mata pelajaran aqidah Pada ulangan harian bab sebelumnya. Kesemuanya
itu dilakukan untuk menentukan alat ukur perubahan iklim belajar pada saat
sebelum dan sesudah dilakukan model pembelajaran make a match. kemudian
melakukan 1) perencanaan tindakan (planning) yang terdiri dari membuat rumusan
masalah,tujuan ,membuat rencana tindakan dan perangkat pembelajaran, 2)
Tindakan dan observasi (action) meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti
sebagai upaya membangun pemahaman konsep peserta didik mengamati hasil atau
dampak dari diterapkannnya metode mnemonic gerak, 3) Refleksi peneliti
mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang
dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat, 4)
Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat
membuat rancanagn yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.
Instrumen
Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi: (1) RPP (2) Format observasi kegiatan belajar mengajar, berupa lembar
pengamatan terhadap aktivitas peserta didik dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran (3) Membuat alat test/evaluasi.
Tekhnik dan Alat
Pengumpulan Data
Sumber data
PTK ini adalah : Siswa, Untuk mendapatkan data tentang minat belajar
siswa selama proses kegiatan belajar mengajar dan Guru, Untuk melihat tingkat
keberhasilan implementasi metode drill terhadap minat belajar siswa.
Untuk memperoleh data dalam PTK yang benar-benar
valid, peneliti menggunakan tekhnik pengumpulan data dengan cara: observasi, wawancara, tes dan dokumentasi.
Tekhnik yang pertama yaitu observasi yang dipergunakan untuk mengumpulkan data
tentang aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dan penerapan materi
dengan model pembelajaran make a match yang dilaksanakan guru dan peneliti,
kedua adalah wawancara yang dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh data
tentang pendapat siswa mengenai proses belajar yang telah dialami. Ketiga
adalah tes yang digunakan untuk mengadakan penyelidikan dengan menggunakan soal-soal
atau pertanyaan dimana soal-soal
tersebut telah dipilih dengan seksama. Dan yang keempat yaitu dokumentasi yang digunakan
peneliti untuk menentukan skor awal dalam pembagian kelompok berdasarkan nilai
mata pelajaran aqidah akhlak Pada ulangan harian bab sebelumnya.
Alat yang digunakan dalam PTK ini yaitu: tes tulis (post-test
dan pre-test), Lembar observasi/pengamatan, dan buku catatan.
Dalam hal ini peneliti mengubah
model pembelajaran langsung (siswa dijelaskandan selanjutnya menghafalkannya) menjadi
pembelajaran yang menggunakan model make
a match.
Tekhnik
Analisa Data
Untuk mengetahui keektifan suatu metode dalam
kegiatan belajar mengajar maka digunakanlah analisis data. Dalam penelitian
analisis data ini dilakukan dengan memberikan evaluasi pre test dalam setiap
akhir pembelajaran dan juga memberi score atas kegiatan peserta didik selama
proses pembelajaran
Análisis ini dihitung dengan menggunakan ststistik
sederhana yaitu :
1.
Untuk
ketuntasan belajar yaitu secara individu dan secara klasikal, berdasar petunjuk
belajar mengajar. Seorang peserta didik telah tuntas belajar apabila mencapai
score 65 % atau nilai 65 dan kelas disebut tuntas belajar apabila kelas telah
mencapai keberhasilan belajar 85% untuk menghitung hasil belajar digunakan rumus
sebagai berikut P =E peserta didik tuntas belajar x 100 untuk Peserta Didik.
2.
Memberikan
nilai post- test, peneliti menggunakan acuan: Untuk score 81 s/d 100 : lulus
dengan predikat baik, score 65 s/d 80 :lulus dengan predikat cukup, Untuk nilai
kurang dari 45: Tidak lulus.
3. Untuk penerapan model make a match semua data yang berhasil
dikumpulkan dari sumber penelitian akan dihubungkan dengan metode diskriptif
análisis sederhana yaitu: menjelaskan data - data yang diperoleh dengan
menggunaklan nilai rata rata hitung atau disebut aritmatik mean dengan
digunakan rumus : M = Ex
N
M = mean yang dicari
Ex = jumlah dari nilai
N = banyaknya nilai
Untuk memberikan nilai pada hasil keaktifan peneliti memberi penilaian sebagai
berikut : Untuk nilai 4 cukup baik, nilai
3 baik, nilai 2 cukup, nilai 1 kurang.
KERANGKA
TEORITIK
Model Pembelajaran Make a Match artinya model
pembelajaran Mencari Pasangan. Hal-hal yang perlu dipersiapkan jika
pembelajaran dikembangkan dengan Make-A Match adalah kartu-kartu.
Kartu-kartu tersebut berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu lainnya berisi
jawaban dari pertanyaan tersebut. Perlu
diketahui bahwa tidak semua peserta didik baik yang berperan sebagai pemegang
kartu pertanyaan, pemegang kartu jawaban maupun penilai mengetahui dan memahami
secara pasti apakah betul kartu pertanyaan dan jawaban yang mereka pasangkan
telah cocok atau tidak. Demikian halnya dengan penilai, mereka juga belum
mengetahui secara pasti apakah penilaian mereka benar atas pasangan pertanyaan
dan jawaban yang diberikan. Berdasarkan situasi inilah guru memfasilitasi siswa
untuk mengkonfirmasi hal-hal yang telah mereka lakukan yaitu memasangkan
pertanyaan dan jawaban dan melaksanakan penilaian. (Istarani.2011: 58).
Manfaat belajar dan mengajar dengan model
pembelajaran make a match adalah:
. Siswa terlibat langsung dalam menjawab soal yang
disampaikan kepadanya melalui kartu.
2.
Meningkatkan kreativitas belajar siswa.
3.
Menghindari kejenuhan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.
4.
Pembelajaran lebih menyenangkan karena melibatkan media pembelajaran
yang dibuat oleh guru.
langkah-langkah sebagai berikut:
Langkah-langkah dalam model pembelajaran make a
match adalah sebagai berikut:
1. Guru
menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topic yang cocok
untuk review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
2. Siswa
dibagi menjadi 3 kelompok, kelompok 1 mendapat kartu soal dan kelompok 2
mendapat kartu jawaban sedangkan kelompok 3 berfungsi sebagai penilai.
3. Tiap
peserta didik mendapatkan satu kartu yang berisi pertanyaan atau jawaban.
4. Setiap peserta didik mencari pasangan yang cocok
dengan kartunya (Pasangan pertanyaan-jawaban)
5. Setiap
peserta didik yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin
oleh penilai.
6. Setelah
satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari
sebelumnya
7. Setelah
semua siswa mendapatkan pasangannya kemudian siswa yang berperan sebagai penilai
berganti peran menjadi pemegang kartu pertanyaan dan sebagian memegang kartu
jawaban. Sedangkan siswa pada kelompok 1 dan 2 sebelumnya berganti peran
sebagai penilai.
8.
Kemudian lakukan kegiatan seperti langkah pada nomor 4 dan 5.
9. Kesimpulan
dan penutup. (Mastur faizi, Ragam metode eksakta pada murid. (jogjakarta:Diva
pres.2013))
4. Kekurangan
Model Pembelajaran Make-A Match
1. Sulit
bagi guru mempersiapkan kartu-kartu yang baik dan bagus sesuai dengan materi
palajaran.
2. Sulit
mengatur ritme atau jalannya proses pembelajaran
3. Siswa
kurang menyerapi makna pembelajaran yang ingin disampaikan karena siswa hanya
merasa sekedar bermain saja.
4. Sulit
untuk membuat siswa berkonsentrasi.( Istarani.2011:
58)
HASIL PENELITIAN
DAN PEMBAHASAN
Kejenuhan dan suasana yang tidak kondusif didalam
kelas akan menghambat tercapainya
ketuntatasan proses belajar-mengajar siswa. Hal ini terjadi karena
kurangnya minat belajar siswa yang mana dikarenakan model pembelajaran yang diterapkan
oleh guru tidak sesuai dengan karakteristik peserta didik yang mana pada tahap
usia dini anak masih membutuhkan mainan untuk memancing peserta didik agar
belajar dengan baik dan antusias pada gurunya. Adapun langkah-langkah
pembelajaranya sebagai berikut:
Siklus 1
Tahap
perencanaan (planning)
Pada tahap ini peneliti merancang RPP, menyusun
fasilitas atau sarana yang di perlukan dikelas, mempersiapkan instrumen untuk
menganalis data mengenai proses dan hasil tindakan yaitu : lembar keraja,
lembar observasi guru dan siswa.
Tahap
Kegiatan dan Pelaksanaan
Pada siklus I dalam PTK ini tahap kegiatan dan
pelaksanaan dilaksanakan pada tanggal 7 Oktober 2013di kelas III MI Darussalam
dengan jumlah peserta didik sebanyak 20 siswa. Dalam kegiatan penelitian ini,
peneliti bertindak sebagai guru pendamping, yang mana proses belajar-mengajar
mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah disiapkan terlebih
dahulu.
Dalam tahap akhir pembelajaran, peserta didik diberi
pre-test dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik dalam
proses pembelajaran yang dilalui. Adapun hasil pembelajaran siswa dapat dilihat
dalam sebuah grafik dibawah ini:
..........................................................(grafik)
Dari grafik tersebut, dapat kita tarik benang merah
bahwa dengan menerapkan model pembelajaran yang konvaensional (peserta didik
diberi waktu 10 sampai 15 menit untuk menghafal secara keseluruhan dengan
menghafal sendiri Asmaul husna) untuk peserta
diperoleh nilai rata-rata peserta didik 3,00% hasil tersebut menunjukkan
bahwa pada siklus pertama secara
klasikal peserta didik belum tuntas belajar karena memperoleh nilai
kurang dari 65 sebesar 30% jauh lebih kecil dari prosentase ketuntasan yang
diharapkan yaitu 80 % dikarenakan sebagian peserta didik kurang antusias dalam
melaksanakan proses belajar mengajar.
Siklus II
Tahap
Perencanaan
Pada tahapan ini peneliti menyiapkan perangkat
pembelajaran yang meliputi RPP 2, Lembar kerja siswa , soal pos-test dan alat
alat belajar yang mendukung.
Tahap Kegiatan
dan Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran untuk siklus 2 dilaksanakan
pada tanggal 14 Oktober 2013 di kelas III dengan jumlah peserta didik 20. Dalam
kegiatan pembelajaran ini peneliti bertindak sebagai guru , proses pembelajaran
mengacu pada RPP 2 yang telah direvisi dari pengalaman disiklus satu sehingga kekurangan dan kesalahan yang
terjadi pada kegiatan siklus satu tidak terulang pada siklus 2. Pada akhir
proses pembelajaaran peserta didik diberi pos-test dengan tujuan untuk
mengetahui keberhasilan peserta didik selama proses pembelajaran yang telah
dilakukan.
Data hasil penilaian pada siklus II
..............................................................................(grafik)
Berdasarkan grafik diatas, dapat dijelaskan bahwa
rata-rata peserta didik sebesar 8,30 dan ketuntasan belajar peserta didik
mencapai 80% dalam hal ini peserta didik dapat dikatakan tuntas dalam proses
belajar-mengajar.
Hasil pembelajaran pada siklus 2 ini menunjukkan
bahwa penerapan model pembelajaran make a match kemampuan menghafal peserta
didik mengalami peningkatan yang sangat melonjak dengan hasil yang sangat baik
dari siklus yang pertama. Adanya peningkatan ini diharapkan dapat memberi
motivasi kepada peserta didik untuk lebih aktif dan semangat lagi dalam proses
pembelajaran.
Refleksi
Dari hasil pengamatan
yang dilakukan oleh peneliti pada siklus pertama peserta didik kurang antusias
dalam mengikutai proses pembelajaaran sehingga pencapaian hasil belajar kurang
maksimal, keadaan ini berbeda setelah dilaksanakan siklus 2 yang menggunakan model
pembelajaran make a match, peserta didik sangat aktif dalam megikuti pelajaran
sehingga hasil akhir yang diperoleh telah
mencapai standar kelulusan pencapaian hasil belajar.
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil kegiatan belajar mengajar selama dua
siklus dan berdasarkan seluruh pembahasan serta análisa yang telah dilakukan peneliti
dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran dengan model make a match dapat meningkatkan
hasil belajar peserta didik dengan indikator siklus pertama nilai rata- rata 3,00
dan setelah dilakukan siklus kedua dengan segala revisi yang telah dilakukan
peneliti nilai rata-rata peserta didik mencapai 8,30. Penggunaan model make a
match tergolong sesuai dalam pembelajaran aqidan dan telah dapat membantu guru
untuk meningkatkan kemampuan menghafal asmaul husna. Selain model pembelajaran
make a match hemat biaya, model pembelajaran make a match juga mudah
diterapkan.
0 komentar :
Posting Komentar